widget

Sabtu, 17 Agustus 2013

Masalah Ringan, Hampir Menghapuskan Teman Seperjuangan

          Perkenalkan nama saya Syam. Saat ini saya duduk di kelas X-IPA A. Kali ini saya akan menceritakan pengalaman saya waktu masuk Asrama Melati Samarinda, dan juga waktu mengetahui ada sesuatu yang menghebohkan di kamar mandi nomor 6.
            Awal cerita, pada hari Kamis yang cerah secerah semangat pagiku untuk mempersiapkan barang-barang untuk pergi ke asrama baruku yaitu Asrama Melati Samarinda, yang dengar-dengar, ini adalah asrama favorit di kotaku.Hoamm… Ah, masih ngantuk”, pikirku dalam hati. Tapi aku harus tetap bangun karena mengingat hari ini adalah hari pertamaku pergi ke asrama baruku.
            Jam 07.30 aku memeriksa barang agar tidak ada yang ketinggalan dan ketika jam menunjukkan pukul 10.00 aku harus sudah berangkat menuju asrama baruku. Jarak antara rumahku ke Asrama Melati lumayan jauh, kira-kira memakan waktu kurang lebih setengah jam belum lagi ditambah macetnya arus lalu lintas di tengah perjalanan, bisa-bisa satu jam kemudian aku baru sampai di asrama. Nah, daripada aku bosan di perjalanan, lebih baik aku dengarin musik untuk menambah sedikit hiburan.
            Jarum pendek menunjukkan pukul 11.00, tak terasa kendaraanku sudah parkir di depan Asrama Melati Samarinda. aku pun bergegas membawa barang bawaanku dan masuk untuk mengisi data asramaku. Setelah semua terisi, akhirnya aku segera pergi ke kamarku yaitu kamar 3135. Memang sih agak sedikit gugup ketika bertemu dengan orang yang belum kita kenal. Yaa.. dengan memasang muka datar, akhirnya dengan segera aku masuk ke kamarku dan berkenalan dengan teman baruku. Ternyata mereka semua berasal dari kota yang sama denganku. Nama mereka adalah Ardhi, Farhan, dan Posi. Terlihat dari raut wajah mereka, mereka seperti orang yang ramah, baik, dan suka menolong.
            Setelah puas berkenalan, tak terasa semua barang bawaanku sudah dipindahkan dan tertata rapi di kamar baruku. Tak lama kemudian, sudah saatnya orang tuaku meninggalkan aku. Rasa sedih pun mulai menyelimuti hatiku, seolah-olah sebuah petualangan baru akan segera dimulai tanpa ditemani oleh kedua orang tuaku. Yaa, mau tidak mau aku harus hidup mandiri disini sampai 3 tahun ke depan.
            Hari demi hari kulewati dengan suka, tawa canda, sedih, dan duka. Semua yang kami lakukan selalu bersama, sehingga membuat kami dekat satu sama lain layaknya saudara. Mulai melakukan dari hal yang kecil sampai yang besar kami lakukan bersama, senasib seperjuangan. Jika ada yang membuat satu kesalahan baik yang kecil maupun yang besar juga akan kami tanggung bersama, satu angkatan. Itulah yang disebut kehidupan asrama. Tak hanya itu saja, walaupun kami sudah menjadi layaknya saudara, kami juga harus tetap menjaga tali persaudaraan itu. Tidak mudah lho.. menjaga tali persaudaraan itu.
            Hingga tiba pada hari ke-14, sebuah konflik yang menghebohkan bahkan menggemparkan seluruh angkatanku yang hampir saja memutus tali persaudaraan kami, seolah-olah mengundang banyak tanya, siapakah pelakunya? Serasa tidak percaya bahwa teman seangkatan yang melakukannya, jadi siapa?. Semua itu hanya disebabkan oleh sesuatu yang belum diketahui jelas darimana asalnya yang tersembunyi di bak kamar mandi nomor 6. Ternyata ada yang membuang hajat di dalam bak mandi nomor 6. Kami semua pun tertegun heran setelah mengetahui berita itu, seakan kami tidak percaya akan berita itu.
            Satu hari setelah kejadian berlalu, masih belum ada juga yang mau mengaku, akhirnya terjadilah aksi saling tuduh-menuduh. Suasana pada saat itu berubah menjadi tidak nyaman, seolah-olah akan ada perpecahan besar yang nantinya akan mengarah ke perkelahian dan permusuhan. Kecurigaan pun perlahan mulai merasuk ke pikiran teman-temanku, semakin cuek orang yang ditanya semakin besar pula kecurigaan itu tumbuh yang bisa berujung pada timbulnya konflik.
            Esoknya di pagi hari, yang terdengar hanyalah suara bisikan yang menyebutkan bahwa si A lah pelakunya, dan siangnya bisikan itu berubah tiba-tiba dan menyebutkan bahwa si B lah pelakunya. Entah mengapa pada malam harinya suara bisikan itu berubah lagi, dan bisikan itu mengatakan bahwa ternyata si C lah pelakunya. Bisikan itu terjadi pada setiap perkumpulan orang atau bahkan setiap kamar. Makin lama bisikan itu makin tidak jelas didengarnya, dan semoga saja bisikan itu tidak ada lagi di asrama ini.
            Semua ketidakpastian itu hanya menjadi sia-sia dan justru malah membuat perpecahan individu dalam angkatanku. Bayangkan saja, sudah 14 hari menjalin tali persaudaraan bisa lenyap begitu saja hanya karena sebuah konflik yang tak begitu rumit. Untung saja kami masih bisa memaafkan satu sama lain, jadi masalah itu bisa teratasi sepenuhnya dan esoknya keadaan kembali menjadi akrab seperti yang sebelumnya.
Memang sih, keadaan sudah mulai akrab, tetapi setiap hari kami semua masih selalu mengingat-ingat hal itu dan selalu membicarakannya. Hampir setiap hari pembicaraan itu menghiasi suasana ketika kami berjalan kemana saja. Hingga ketika bermain pun kami masih saja membicarakannya, seolah-olah masalah itu telah menjadi sebuah lelucon di setiap perbincangan kami. Bahkan sekarang, masalah yang telah menjadi lelucon itu sudah mulai menyebar beritanya ke telinga kakak-kakak tingkat kami.
Dua atau tiga hari kami lalui dengan penuh pembicaraan tentang masalah itu. Akhirnya semua itu berlalu 6 hari setelah kejadian menghebohkan itu dan mengingat sebentar lagi kita akan segera libur panjang. Kami mencoba untuk melupakan kejadian itu dan lebih memikirkan untuk menyiapkan barang ketika akan libur panjang nanti. Berhubung masalah itu belum ada yang mau mengaku, sampai sekarang masalah itu belum diketahui siapa pelakunya dan masih misterius. Bagi kami, itu semua akan menjadi sebuah pembelajaran untuk lebih dewasa lagi, serta akan menjadi kenangan ketika kami menjadi alumni SMAN 10 nanti.

1 komentar:

w
o
n
t
c
a
d
n
a
,
g
i
b
k
n
i
h
T