Olahraga dan
kesibukan mungkin adalah dua hal yang saling bertentangan. Karenanya penikmat
olahraga, kadang harus melakukan aktivitasnya di malam hari, selepas mereka
bekerja. Tapi bagaimana olahraga di malam hari dari tinjauan dunia kedokteran?
Baik, atau justru buruk?
Slamet
Sukriadi,
instruktur olahraga Special Olympic
mengatakan kapan pun olahraga dilakukan, faktor kesehatan tetap harus
diperhatikan. Salah satu caranya adalah dengan mengecek tekanan darah. Bilamana
denyut nadi sudah berpacu cepat, Anda diminta untuk menghentikan aktivitas
olahraga yang dilakukan. Atau cukup dengan istirahat sejenak, sebelum
melanjutkan kembali aktivitasnya. Dia mengatakan, hal itu wajib
dilakukan, baik olahraga di pagi hari maupun di malam hari. Menurutnya,
olahraga baik dilakukan di pagi hari. Pasalnya tubuh akan lebih siap karena
sudah beristirahat di malam hari.
Perihal olahraga di
malam hari, Ignatius Indro tidak
menemui masalah. Dia kerap melakukan futsal dua kali dalam seminggu dan
bersepeda di akhir pekan. Catatannya adalah, itu semua dia lakukan pada malam
hari. Ignatius mengatakan justru dia lebih menikmati aktivitasnya itu di malam
hari. Selain sudah menjadi kebiasaan, aktivitas di malam hari ini justru
membuat dia “fresh” setelah penat seharian bekerja. Karena itu, tidak ada
masalah baginya untuk terus berolahraga di malam hari.
Sementara itu
dokter spesialis penyakit dalam, Mangatas
Manalu mengatakan tubuh mempunyai jam biologis sendiri-sendiri. Dan
mungkin, tubuh biologis tiap individu, berbeda dengan individu lainnya. Kata
dia, jam biologis ini berkaitan dengan kebiasaan untuk melakukan aktivitas,
termasuk berolahraga di malam hari. Semakin sering, maka orang yang
bersangkutan akan semakin terbiasa. Dia mencontohkan pada jam istirahat,
tubuh memperbaiki dan mengistirahatkan sel-sel dan hormon pendukung. Maka bagi
mereka yang tidak terbiasa olahraga di malam hari, akan terganggu keseimbangan
hormonnya. Meski begitu kata dia, bisa saja siapa pun untuk berolaharaga di malam
hari. Syaratnya adalah dengan memberikan jeda 4-6 jam sebelum tidur malam. Kata
dia jeda itu penting bagi tubuh untuk bisa menetralkan suhu dan
mengistirahatkan sejenak otot-otot yang menegang akibat olahraga.
Mengalami Serangan Jantung Akibat
Berolahraga Malam?
Dokter spesialis
penyakit dalam Mangatas Manalu mengakui ada perubahan hormon yang berpengaruh
pada kerja jantung, bagi mereka yang sering berolahraga malam. Bisa
disederhanakan, jantung merasa “kaget” karena harus dipaksa bekerja, meski
seharusnya sudah berisitirahat. Maka tidak heran ada kasus kematian akibat
serangan jantung saat sedang olahraga malam. Sebut saja misalnya presenter, Ricky Johanes dan anggota DPR, Adji Masaid. Meski begitu hal itu bisa
dihindari jika bisa memperhatikan faktor resiko seperti umur, faktor kesehatan;
yaitu bagi mereka yang bermasalah dengan jantung, diabetes dan sebagainya.
Selain memperhatikan faktor resiko, cara lain untuk bisa menghindari serangan
jantung adalah dengan melakukan pemanasan. “Tubuh akan merasa siap dan tidak
kaget karena sudah pemanasan,” jelasnya.
Pentingnya
pemanasan juga diutarakan instruktur olahraga Special Olympic, Slamet Sukriadi.
Dia mengingatkan untuk tetap melakukan pemanasan sebelum memulai olahraga. Kata
dia, peregangan otot perlu agar tidak terjadi kram pada otot di seluruh tubuh.
Catatan lainnya adalah dengan tidak melupakan istirahat yang cukup dan tidak
kekurangan cairan saat berolahraga. Sementara bagi mereka yang sudah berumur 40-an
ke atas, olahraga yang dianjurkan adalah dengan berlari santai atau hanya cukup
berjalan saja.